.

SELAMAT TAHUN BARU 2010 M

Saturday, February 28, 2009

RESENSI BUKU



“DUNIA TANPA SEKOLAH” Muhammad Izza Ahsin Sidqi

Saat membaca buku laskar pelangi, kita disuguhkan ketidak adilan wajah pendidikan di negeri ini, dan saat membaca buku ini semakin jelas keprihatinan kita bahwa betapa coreng morengnya dunia pendidikan di negeri tercinta ini.
Muhammad Izza Ahsin Sidqi hanyalah seorang pelajar SMP kelas 2 yang tidak puas dengan apa yang ia dapat di sekolah, sehingga ia mencari pemenuhan kebutuhannya di luar sekolah. Beruntungnya ia memiliki orang tua dengan latar belakang pendidik dan memiliki pula banyak buku-buku bermutu yang tanpa disadari telah membuatnya semakin menggeliat serta mendorongnya untuk sesegera mungkin melepaskan diri dari penjara yang bernama “sekolah”.
Pemberontakan berani dan terkesan radikal serta langka yang dilakukan olehnya benar-benar menjadi fenomenal di negeri ini, bahkan media cetak (Cempaka, Jawa Pos, Radar Semarang, Academia, Solo Pos) dan elektronikpun (RCTI) meliputnya. Yang membuat orang terperangah, bukan hanya karena keberaniannya menerjang tradisi dan bahkan dianggap tabu bagi seorang anak pendidik yang relijius, tetapi alasannya yang sangat masuk akal sebagai seorang anak kelas 2 SMP, terkesan seolah ia memahami essensi kehidupan yang sebenarnya. Ia beranggapan bahwa sekolah hanya memasung kreativitas, membelenggu mimpi-mimpinya dan hanya akan mencetak manusia menjadi pembebek kelak. Ia sangat percaya pada focus power (kekuatan fokus) sehingga ia berani menentukan pilihannya untuk menjadi penulis, walau harga yang harus ia bayar demi idealismenya berupa deraan konflik batin selama berbulan-bulan sebelum ia benar-benar keluar dari sekolahnya dan kemudian mengikuti program homeschooling. Terobosan melawan arus yang dilakukan Izza mendapat reaksi yang berat dari orang-orang disekelilingnya, terutama dari kedua orang tuanya, yang pada awalnya memang sangat menentang keputusannya walau argumen-argumen yang ia sodorkan sangat masuk akal.
Sistem pendidikan yang dikritik Izza adalah tentang teori pembelajaran di negeri ini yang bersifat behavioristik yaitu konsep belajar dipahami sebagai kegiatan meniru, hanya memindahkan pengetahuan, jadi pikiran hanya berfungsi sebagai alat penjiplak struktur pengetahuan, berarti kecenderungan yang terjadi adalah bahwa para pendidik lebih tertarik pada upaya pengembangan dan menguji daya ingat anak didik dari pada mengembangkan kemampuan berpikirnya, hal ini jelas hanya mengedepankan pengembangan otak sebagai organ perekam dari pada sebagai organ berpikir, konsep tersebut cenderung menekankan bekerjanya otak kiri (gudang bahasa). Berbeda dengan tuntutan Izza yang lebih mengedepankan konsep belajar sebagai kegiatan menggali makna, sehingga pengetahuan menjadi bermakna jika berguna dalam kehidupan sehari-hari, dan pikiran berfungsi sebagai alat menginterpretasi sehingga muncul makna yang unik, konsep tersebut cenderung menekankan bekerjanya otak kanan (artikulasi), hal demikian disebut sebagai teori pembelajaran yang bersifat konstruktivisme. Selain itu ia mengkritik keberadaan guru yang terkesan otoriter, semena-mena terhadap anak didik, sehingga tidak menciptakan rasa nyaman dan aman, oleh karenanya tidak aneh bila ia menganggap sekolah seperti sindrom yang merampas kebahagiaannya.
Konsep pendidikan kita memang telah lama mengalami dis-orientasi dalam hal pengembangan keseimbangan otak kiri dan otak kanan. Berangkat dari keprihatinan atas peristiwa yang dialami Izza ini, semoga memberi hikmah dan menginspirasi kita, terutama yang berkompeten untuk peduli agar sesegera mungkin membenahi sistem pendidikan di negeri ini. AMIN.

SEMOGA BERMANFAAT.
Suzy – VNI 3 KN 9/18

Thursday, February 26, 2009

UNDANGAN


Tuesday, February 24, 2009

EXHAUSTED


Terseok-seok kaki ini mengikuti lebarnya langkahmu, dengan deru napas yang turun naik mencoba meraih jejakmu. Ku paksa kaki kecil ini untuk terus berjalan, berlari, walau tak jarang diiringi derai tangis di sela-sela jatuhku. Tak kuhiraukan semua itu, aku hanya ingin menapakkan jejak bersama, beriringan dengan jejakmu. Tapi kau bagaikan pualam di atas kencangnya laju kereta, tak sedikitpun iba di gurat wajahmu, tak bisakah kau berhenti sejenak hanya untuk menengok ke belakang, sekedar untuk melihatku atau ‘tuk memapah raga ini. Tak bisakah kau melambatkan laju mu barang sekejap, agar ku dapat berdiri di sisimu.

Di saat kedua kaki yang telah tertutup perih berhasil menyamai gerak langkahmu, ada sepenggal rasa yang menyelimuti setiap sisi raga dan relung hati, sepenggal rasa yang teramat sangat hingga aku tak bisa lagi mengikuti setiap jengkalmu. Aku hanya bisa terpekur diam di sini, karena beratnya rasa itu….

Kucoba ulurkan tangan ini tapi mengapa kau hanya menatapku tajam bak sebilah pisau yang siap menghujam tubuh lemahku. Tak juga kau sambut tanganku, kiranya sebongkah keangkuhan telah merasukimu dan kembali kau menapakkan kakimu secepat kilat meninggalkanku. Kuangkat raga yang telah tercabik-cabik oleh amarah dan pilu untuk kembali mengikutimu. Kupaksa kedua kakiku yang mulai berdarah untuk tetap menyamai langkah tegapmu.

Tak terasa, jejak langkah ini telah sampai di persimpangan sebuah alur yang sangat panjang. Dengan perih kulihat bayang-bayang langkahmu di ujung sana, di sebuah jalan yang diterangi berjuta kunang-kunang. Indah memang, sangat indah, tapi rasanya aku tak mampu menggapai kemolekan itu bersamamu, bersama arogannya langkahmu.

Tertatih-tatih kaki kecil ini berusaha melewati persimpangan jalan, tapi aku tak juga beranjak. Aku ingin berlari dan menyusul jejakmu, menggandeng tanganmu melewati cahaya kunang-kunang, tapi ragaku hanya bisa bersimpuh di sini. Akhirnya aku harus berdiri di persimpangan ini dan merelakanmu berlari riang diiringi cantiknya cahaya kunang-kunang.




24 feb 2009, diah
www.mengikatmakna.wordpress.com

Tuesday, February 17, 2009

Mengajari Anak Mengelola Emosi


Seperti halnya orang dewasa, emosi anak-anak bisa naik dan turun. Bahkan menurut para ahli, sejak usia 8 minggu bayi sudah bisa menunjukkan perbedaan emosinya. "Dengan mengajarkan anak bagaimana mengelola emosinya, Anda telah membekalinya skill yang penting dalam hidup," kata Victoria Manion Fleming, seorang psikolog pendidikan.

Saat emosi si kecil sedang tidak stabil, Anda dapat membantunya tetap merasa nyaman dengan cara-cara berikut:

Menaklukkan marah
Anda mungkin ingat bagaimana rasanya saat marah; darah rasanya mendidih, jantung berdebar, dan ingin rasanya meneriakkan apa yang dirasakan. Hal yang sama juga dialami si kecil saat ia marah, bedanya kemarahan anak-anak biasanya disertai tangisan, teriakan, bahkan bisa membuatnya sesak napas.

Untuk meredakan amarahnya, genggam tangannya dan mintalah ia menarik napas panjang. Setelah ia tenang, ajak si kecil mengungkapkan perasaannya lewat kalimat-kalimat sederhana. Misalnya, "Kakak marah karena mainan kakak dirusak adik." Hindari merespons kemarahan anak dengan teriakan dan omelan karena hal itu akan membuatnya tambah frustasi.

Sedih
Rasa kehilangan dan kecewa bisa membuat si kecil murung dan sedih. Biarkan si kecil mengekspresikan perasaannya dan hindari kata-kata yang menyudutkannya, seperti "Begitu saja kok sedih." Hibur si kecil dengan mengajaknya makan ice cream, misalnya, sambil memintanya bercerita apa yang membuatnya sedih.

Cemburu
Menginginkan barang milik orang lain, entah mainan, nilai rapor yang bagus, atau suara yang merdu, adalah hal yang normal. Begitu pun dengan anak-anak yang belum begitu mengerti mengapa mereka sangat ingin sesuatu yang dilihatnya tapi tak bisa dimiliki.

Ajari si kecil bahwa setiap orang unik dan berbeda, lalu ungkapkan juga bahwa Anda tetap merasa bangga dengan apa yang dimilikinya. Berikan penjelasan rasional yang mudah dicerna anak-anak. Misalnya, "Kamu belum boleh naik sepeda karena masih terlalu kecil."

Takut
Rasa takut yang dialami anak-anak adalah hal yang wajar.
Anak-anak umumnya takut pada kegelapan, binatang tertentu, orang asing, atau monster. Orangtua tidak perlu bersikap overprotective bila anak merasa takut, namun hindari juga sikap meremehkan.

Sebaiknya cari tahu apa yang menjadi pencetus ketakutannya. Setelah itu, singkirkan jauh-jauh ketakutan anak dengan menceritakan kenyataan yang sebenarnya. Misalnya, bila ia takut anjing, katakan anjing tidak akan menggigit bila tidak diganggu. Kemudian secara perlahan kenalkan anak dengan anjing.


Semoga bermanfaat....

[17 feb 2009, diah a, www.mengikatmakna.wordpress.com]

Thursday, February 12, 2009



INFORMASI

Saturday, February 7, 2009

Susunan Pengurus RT 09/39 VNI 3

Penasehat

- Bp. Otto Libri
- Bp. Sri Widoyo
- Bp. Wempi
- Bp. Aris

Ketua RT : Bp. Mutaqin
Sekretaris : Bp. Judin
Bendahara I : Bp. Ichsan
Bendahara II : Bp. Amir Mustofa

Seksi Rohani dan Sosial
- Bp. Rohadi
- Bp. Nur
- Bp. Abdur Rohim
- Bp. Setyawan
- Bp. Tobok
- Bp. Roland

Seksi Olahraga dan Kesenian
- Bp. Muchridin
- Bp. Arzal
- Bp. Ahmad Suwadji (Buche)
- Bp. Novi
- Bp. Armel
- Ibu. Eva

Seksi Peralatan dan Pemeliharaan Fasilitas Umum
- Bp. Andhika
- Bp. Purba
- Bp. Bayu

Seksi Kebersihan dan Penataan Lingkungan
- Bp. Ersendi
- Bp. Ganes
- Bp. Diky
- Bp. Agus W

Seksi Keamanan
- Bp. Syamsul
- Bp. Ade
- Bp. Evan
- Bp. Hari Kustono

Seksi Humas dan Bantuan Hukum
- Bp. Toni Panjaitan
- Bp. Deny
- Bp. Hengki

Wednesday, February 4, 2009

Narasi Tak Berjudul

Mendung di bulan ini….
Gemericik rinai hujan di bulan ini….

Memaksa anganku untuk kembali menelusuri lorong waktu yang pernah kulewati beberapa tahun lalu. Saat aku terduduk di dalam jet coaster yang membuatku berputar-putar, semua rasa membuncah dalam dada ketika diri ini berada di ketinggian. Ya, aku berada di ketinggian dan ternyata aku telah bertahun-tahun duduk di tempat yang paling tinggi ini.

Inilah tempat yang aku sukai, tempat paling atas, paling tinggi dimana aku bisa melihat sekelilingku di bawah sana dengan riuh rendah serta renyahnya tawa dan suka cita. Rasanya semakin kencang tawa dan kegembiraan yang muncul, semakin kencang jet coaster ini berlari.
Namun seolah aku tak pernah menyadari jika sebentar lagi jet coaster yang kunaiki akan menghempaskanku di putaran yang paling bawah.

Dan….waktu itu tiba, waktu dimana liukan jet coaster menghempaskan dan melemparkanku diiringi dengan kecepatan yang maha dahsyat.
Dalam sekedip mata, aku telah berada di putaran terendah, dengan segenap teriakan.

Dengan sisa nafas dan tenaga yang masih melekat di diriku, ku berteriak….aku berteriak…hei jet coaster bawa aku kembali ke atas ! Bawa aku…..Kembalikan aku ke putaran tertinggi ! Teriakanku tertelan bisingnya suara jet coaster yang terus menukik ke bawah, ke tempat paling bawah,

Teriakan kali ini tidak membuatku tertawa, tidak juga membuatku bahagia. Teriakan kali ini sontak menyeretku dalam riuhnya tangis, yang membuatku timbul tenggelam dalam arus kesedihan serta kehampaan.

Dengan suara yang masih menderu, jet coaster terus berputar di lingkaran yang terendah, sepertinya ia enggan untuk mengantarku kembali ke atas. Dan memang ia benar-benar tak mau lagi membuatku berputar di atas sana.

Kini…tinggallah aku seorang meliuk-liuk bagaikan layang-layang hilang kendali. Aku duduk sendiri di jet coaster yang tak tahu kapan akan membawaku naik. Hanya cucuran air mata yang kerap menemaniku di gelapnya lorong waktu, hanya penyesalan yang menjadi teman akrabku, hanya kehampaan, kekosongan yang menjadi pendamping setiaku, hanya kerinduan yang selalu setia di sampingku.

Mendung di bulan ini….
Gemericik rinai hujan di bulan ini….

Perlahan-lahan jet coaster yang kutumpangi bergerak naik, sangat perlahan tapi cukup sudah membuatku tersenyum. Senyuman yang tak akan bisa menghapus kerinduan dan kesedihan yang telah mengharu biru.

Mendung di bulan ini….
Gemericik rinai hujan di bulan ini…

Menyadarkanku bahwa aku sangat merindukanmu….



[04 Feb 2009, diah]