JEJAK BANGSA-BANGSA TERDAHULU
HARUN YAHYA
بسم اﷲ اﻠﺮ ﺣﻣﻦ ﺍﻟﺮ ﺣيم
Dzikra. Cetakan I, Maret 2004. Bandung. Ed Bhs Indonesia. x + 128 Halaman. 17,5 x 25 cm.
HARUN YAHYA
بسم اﷲ اﻠﺮ ﺣﻣﻦ ﺍﻟﺮ ﺣيم
Dzikra. Cetakan I, Maret 2004. Bandung. Ed Bhs Indonesia. x + 128 Halaman. 17,5 x 25 cm.
Allah SWT menurunkan firman-firmanNya melalui para nabi dan rasul yang telah ditetapkan, untuk menyampaikan risalah-risalah kepada umat manusia agar mereka beriman kepada Allah SWT dan meninggalkan prilaku-prilaku jahiliyahnya. Namun hanya sedikit umat manusia yang mengindahkan, lebih banyak yang mengolok-olok para nabi dan rasul tersebut, bahkan seringkali mereka akan membunuhnya, sehingga mengundang kemurkaan Allah SWT. Oleh karena itu Allah SWT melakukan pemusnahan seketika dari kaum yang membangkang tersebut sebagai azab, selain itu juga sebagai peringatan bagi kaum sesudahnya yang mau mempelajari Al-Qur’an disertai fakta sisa-sisa peninggalannya dan memahami maknanya.
Pada buku jejak bangsa-bangsa terdahulu yang ditulis oleh Adnan Oktar, membahas ayat-ayat Al-Qur’an yang menjelaskan tentang kehancuran bangsa-bangsa (kaum) yang tidak mau beriman kepada Allah SWT dengan disertai fakta sisa-sisa peninggalannya. Namun siapakah Adnan Oktar (Adnan Hoca) sang penulis buku ini?, nama tersebut mungkin belum familiar, tetapi siapa yang tidak kenal dengan Harun Yahya? rasanya setiap pecinta buku mengenal dia. Benar, Harun Yahya adalah nama pena dari Adnan Oktar yang lahir pada tahun 1956 di Ankara-Turki. Ia menjadi kontroversial oleh karena keberaniannya memerangi ide dan pemikiran tentang “Teori Evolusi” Charles Darwin yang menurutnya menyalahi hakikat penciptaan manusia. Lebih dari 100 buku yang telah ia tulis dan topik-topiknya berkenaan dengan keyakinan yang dijelaskan dari sudut pandang AL-Qur’an. Keunikan dalam karya-karyanya, yakni pada setiap sampul bukunya selalu mencantumkan stempel yang bermakna simbolis yaitu mewakili Al-Qur’an sebagai Kitabullah terakhir dan Nabi Muhammad sebagai penutup segala nabi.
Dikatakan bahwa apabila sebuah peradaban hancur secara tiba-tiba oleh karena terjadi bencana alam, maka jejak-jejak peradaban ini sering ditemukan dalam keadaan utuh. Dan peristiwa banjir Nuh, ternyata telah mengakhiri suatu peradaban seluruhnya di wilayah tersebut dengan seketika, sehingga menyebabkan lahirnya peradaban baru, hal ini terungkap setelah diketemukannya bukti-bukti arkeologis dua masa peradaban yang sangat berbeda dalam satu wilayah di padang pasir antara Bagdad dan Teluk Persia oleh Leonard Woolley. Penemuan tersebut diyakini sebagai akibat dari banjir bandang (QS.Al-Qamar:11-13) yang terjadi pada masa Nabi Nuh (3000-2500 SM), dan azab yang sama, yakni banjir besar Arim (QS.Saba’:15-17) juga menimpa Kaum Saba’ karena tidak mensyukuri nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT atas kemakmuran negerinya ( 542 M).
Di dalam perjanjian lama disebutkan tempat tinggal kaum Nabi Luth (1800 SM) adalah kota Sodom, dan pada kajian arkeologis terungkap bahwa kota tersebut berada di wilayah Laut Mati yang terbentang memanjang diantara perbatasan Israel dan Yordania. Kaum ini dimusnahkan seketika oleh Allah SWT dengan bencana gempa bumi dahsyat yang sangat mengerikan, oleh karena mereka melakukan praktek prilaku seksual yang menyimpang/sodomi (QS.Huud:82-83). Dan pada Kaum ‘Ad dan Ubar yang hidup di jaman Nabi Hud (1300 SM) dibinasakan dengan angin kencang yang sangat dingin selama 8 hari 7 malam (QS.Al-Haaqqah:6-8). Sedangkan kaum Nabi Musa (1300 SM) yakni Fir’aun dan rombongannya ditenggelamkan di Laut Merah (QS.Al-A’raaf:136). Begitu pula yang terjadi pada kaum Nabi Shaleh (800 SM) yaitu Kaum Tsamud dihancurkan dengan petir yang menggelegar membahana (QS.Huud:67-68).
Semua kaum yang mengalami kemerosotan moral dan kesesatan tersebut telah dibinasakan Allah SWT melalui berbagai bencana alam, seperti gempa bumi, badai, banjir yang sangat dahsyat, dan sebagainya (QS.Al-‘Ankabuut:40), dan dengan disertai bukti-bukti arkeologis (QS.Huud:100-101) yang artinya “itu adalah sebagian dari berita-berita negeri (yang telah dibinasakan) yang KAMI ceritakan kepadamu (Muhammad), diantara negeri-negeri itu ada yang masih kedapatan bekas-bekasnya dan ada (pula) yang telah musnah. Dan KAMI tidaklah menganiaya mereka tetapi merekalah yang menganiaya diri sendiri, karena itu tiadalah bermanfaat sedikitpun kepada mereka sembahan-sembahan yang mereka seru selain Allah SWT, di waktu azab Tuhanmu datang. Dan sembahan-sembahan itu tidaklah menambah kepada mereka kecuali kebinasaan belaka”.
Peristiwanya memang telah ribuan tahun berlalu, dan telah pula terjadi berbagai perubahan peradaban, baik lokasi, prilaku maupun teknologinya, namun tidak banyak yang berubah dalam struktur sosial dan sistem dari orang-orang yang tidak beriman. Di jaman apapun dalam suatu masyarakat selalu ada orang-orang yang memiliki semua maupun sebagian sifat buruk dari kaum-kaum yang digambarkan di dalam Al Qur’an, namun perbedaan jaman tidak memberi pengaruh apapun untuk menyelamatkan seseorang dari azab Allah SWT, kecuali iman dan taqwanya. Jika dihubungkan dengan banyaknya peristiwa-peristiwa tragis yang terjadi di Negara kita (bahkan di banyak Negara lainnya) akhir-akhir ini, membuat kita bertafakur “apakah ini suatu azab, karena telah begitu banyak aktivitas-aktivitas yang kita lakukan pada masa sekarang ini yang menunjukan kemerosotan moral serta kesesatan, dan dilakukannya dengan sadar serta tanpa rasa malu maupun rasa takut kepada Allah SWT?” jawabannya tentu ada di dalam hati nurani kita masing-masing, karena hati nurani akan selalu berkata jujur tanpa manupulasi. Semoga kita tidak termasuk dalam kaum yang menzalimi diri sendiri.
Mempelajari fakta-fakta arkeologis dan sejarah dari bangsa-bangsa terdahulu, baik itu yang durhaka maupun yang beriman kepada Allah SWT, yang disajikan di dalam buku ini dengan kebenaran yang terkandung didalamnya dan sudah tentu tidak dapat disangkal, maka akan membuka mata hati kita untuk lebih mengimani kandungan Al-Qur’an dengan intensitas pemahaman yang lebih berkualitas. AMIN.
SEMOGA BERMANFAAT.
Suzy – VNI 3 KN 9/18
0 comments:
Post a Comment