.

SELAMAT TAHUN BARU 2010 M

Friday, November 14, 2008

LASKAR PELANGI

Laskar Pelangi, buku persembahan Andrea Hirata, putra asli Belitong yang berhasil divisualisasikan secara apik oleh Riri Reza dan Mira Lesmana terbukti memikat perhatian publik. Dibuktikan dengan antrian panjang semua kalangan sejak peluncurannya pada 25 September lalu, baik tua, muda, remaja, dewasa, anak-anak sampai balita – yang belum bisa mencerna jalan ceritanya – pun ikut antri dalam gendongan orang tuanya.
Buku besutan mantan pegawai Telkom ini, menceritakan tentang masa kecil si penulis bersama-sama dengan sembilan teman lainnya, beserta Bu Muslimah, seorang guru SD Islam Muhammadiyah Gantong yang mempunyai kegigihan untuk bisa melihat anak-anak Belitong mendapat pendidikan, walaupun dengan prasarana yang sangat amat minim. Kita juga bisa melihat semangat Lintang – anak nelayan pesisir - untuk bisa bersekolah meski harus menempuh jarak yang sangat jauh, serta semangat Ikal -nama panggilan Andrea Hirata- dan teman-temannya.
Selain menampilkan semangat serta kerja keras yang diwarnai dengan keceriaan, kita dapat menyimak bagaimana kegigihan seorang Bu Mus harus diuji dengan kesedihan dan keragu-raguan saat kepulangan Pak Cik – selaku Kepala Sekolah yang bijak – ke hadirat Illahi, kesedihan Ikal dan sembilan temannya saat Lintang – murid pertama Bu Mus - yang dengan terpaksa tidak bisa melanjutkan sekolah serta bagaimana murungnya Ikal sejak kepergian Aling – bocah perempuan keturunan Cina yang ditaksirnya – ke Jakarta.
Dengan kondisi sekolah yang hampir rubuh, bersekolah tanpa seragam dan sepatu, tanpa buku pelajaran yang berharga mahal, ke sepuluh anak Belitong itu mampu meraih “pelangi”, seorang Ibu Guru dengan gaji sangat kecil tanpa mendapat tunjangan sepeser pun, harus mengajar semua mata pelajaran dan tetap bisa mengajar dengan penuh kesabaran, ketulusan, loyalitas serta dedikasi tinggi demi merubah nasib putra-putri asli Belitong agar tidak sekedar menjadi buruh PN Timah atau nelayan.
Suatu realita hidup yang berisi dengan semangat, kegigihan, kesedihan, rasa bahagia, gembira, air mata, kemenangan, loyalitas, kerja keras, kekecewaan, dan keragu-raguan. Apa yang disampaikan oleh film ini, adalah suatu hal sederhana yang tentunya semua manusia pernah merasakan meskipun dalam konteks yang berbeda. Tetapi kesederhanaan ceritanya, sarat dengan pelajaran yang sangat berharga, tidak hanya untuk kita sebagai orang dewasa, tapi juga untuk anak-anak kita.
Di era yang semuanya serba mahal, yang kebanyakan orang menilai segala sesuatunya dengan standard ukur materi serta nilai-nilai akademis, yang dengan begitu gampangnya mendapatkan sesuatu hanya untuk memuaskan ambisi pribadi, perkataan Pak Cik kiranya bisa memotivasi kita “Hiduplah untuk banyak-banyak memberi, bukan untuk banyak-banyak menerima.
Semoga di jaman sulit seperti sekarang, sosok guru sekaligus orang tua seperti Bu Mus, Pak Cik, masih bisa kita dapatkan pada diri para pendidik di negeri ini, tidak hanya di pelosok pedalaman tapi juga para guru di kota-kota besar, termasuk juga dalam diri kita selaku orang tua. Dan sekiranya masih boleh berharap, para petinggi Negara jangan hanya disibukkan oleh urusan mengeruk dan menghabiskan uang rakyat untuk kepentingan personal, tapi bisa berlomba-lomba menggunakan uang rakyat untuk pendidikan anak-anak kita, khususnya di daerah. Karena ternyata kondisi sekolah seperti yang ada dalam film ini, masih bisa kita temui di sekolah-sekolah lainnya di penjuru Tanah Air.
Dan, semoga saja masih ada sekolah yang menekankan materi pelajarannya pada keberhasilan pendidikan akhlakul karimah di diri para siswanya, tidak sekedar pada penilaian akademis, seperti ungkapan Pak Cik “Kepintaran dan Kecerdasan tidak dilihat dari nilai, tapi dari hati.”
Sebuah tontonan yang mampu membuka mata siapa saja yang rela antri menontonnya bahkan berulang kali membaca bukunya dan sangat memotivasi setiap penikmatnya, bahwa jangan takut untuk bermimpi dan berubah menjadi lebih baik, karena perubahan hanya bisa dimulai dari diri sendiri, tentunya dengan semangat serta kegigihan.

Mimpi adalah kunci untuk kita menaklukkan dunia telah hilang
tanpa lelah sampai engkau meraihnya
laskar pelangi
takkan terikat waktu
bebaskan mimpimu di angkasa raih bintang di jiwa
menarilah dan terus tertawa
walau dunia tak seindah surga
bersukurlah pada yang kuasa
cinta kita di dunia
selamanya….
cinta kepada hidup memberikan senyuman abadi
walau ini kadang tak adil tapi cinta lengkapi kita
laskar pelangi
takkan terikat waktu
jangan berhenti mewarnai jutaan mimpi di bumi
menarilah dan terus tertawa
walau dunia tak seindah surga
bersukurlah pada yang kuasa
cinta kita di dunia
selamanya…


[ 01 Nov 2008, diah a]

0 comments: