.

SELAMAT TAHUN BARU 2010 M

Thursday, January 8, 2009

Ngapain Sih Mendukung Palestina

"Perumpamaan kaum muslimin yang saling kasih mengasihi dan cinta
mencintai antara satu sama lain ibarat satu tubuh. Jika salah satu

anggota berasa sakit maka seluruh tubuh akan turut berasa sakit dan
tidak dapat tidur." (HR Bukhari)


(Bagi yang belum pernah tahu….)

Kalau ada ribut-ribut di negara- negara Arab, misalnya di Mesir, Palestina, atau Suriah, kita sering bertanya apa signifikansi dukungan terhadap Negara tersebut. Misalnya baru-baru ini ketika Palestina diserang. Ngapain sih mendukung Palestina?


Pertanyaan tersebut diatas sering kita dengar, terutama karena kita bukan orang Palestina, bukan bangsa Arab dan keadaan rakyat sendiri sedang susah, dan juga karena entah mendukung atau tidak, sepertinya tidak berpengaruh pada kegiatan kita sehari-hari.


Padahal, untuk yang belum mengetahui.. kita sebagai orang Indonesia malah berhutang dukungan untuk Palestina. Sukarno-Hatta boleh saja memproklamasikan kemerdekaan RI de facto pada 17 Agustus 1945, tetapi perlu diingat bahwa untuk berdiri (de jure) sebagai negara yang berdaulat, Indonesia membutuhkan pengakuan dari bangsa-bangsa lain. Pada poin ini kita tertolong dengan adanya pengakuan dari tokoh tokoh Timur Tengah, sehingga Negara Indonesia bisa berdaulat.


Gong dukungan untuk kemerdekaan Indonesia ini dimulai dari Palestina dan Mesir, seperti dikutip dari buku "Diplomasi Revolusi Indonesia di Luar Negeri" yang ditulis oleh Ketua Panitia Pusat Perkumpulan Kemerdekaan Indonesia, M. Zein Hassan Lc. Buku ini diberi kata sambutan oleh Moh. Hatta (Proklamator & Wakil Presiden pertama RI), M. Natsir (mantan Perdana Menteri RI), Adam Malik (Menteri Luar Negeri RI ketika buku ini diterbitkan) , dan Jenderal (Besar) A.H. Nasution. M. Zein Hassan Lc. Lt. sebagai pelaku sejarah, menyatakan dalam bukunya pada hal. 40, tentang peran serta, opini dan dukungan nyata Palestina terhadap kemerdekaan Indonesia, di saat
negara-negara lain belum berani untuk memutuskan sikap.


Dukungan Palestina ini diwakili oleh Syekh Muhammad Amin Al-Husaini -mufti besar Palestina- secara terbuka mengenai kemerdekaan Indonesia pada 6 September 1945, Radio Berlin berbahasa Arab menyiarkan 'ucapan selamat' mufti Besar Palestina Amin Al-Husaini (beliau melarikan diri ke Jerman pada permulaan perang dunia ke dua), bertepatan 'pengakuan Jepang' atas kemerdekaan Indonesia. Bahkan harian "Al-Ahram" yang terkenal telitinya juga menyiarkan," Syekh Muhammad Amin Al-Husaini dalam kapasitasnya sebagai mufti Palestina juga berkenan menyambut kedatangan delegasi "Panitia Pusat Kemerdekaan Indonesia" dan memberi dukungan penuh.


Peristiwa bersejarah tersebut tidak banyak diketahui generasi sekarang, mungkin juga para pejabat di negeri ini. Bahkan dukungan ini telah dimulai setahun sebelum Sukarno-Hatta benar-benar memproklamirkan kemerdekaan RI. Tersebutlah seorang Palestina yang sangat bersimpati terhadap perjuangan Indonesia, Muhammad Ali Taher. Beliau adalah seorang saudagar kaya Palestina yang spontan menyerahkan seluruh uangnya di Bank Arabia tanpa meminta tanda bukti dan berkata: "Terimalah semua kekayaan saya ini untuk memenangkan perjuangan Indonesia."


Setelah seruan itu, maka negara daulat yang berani mengakui kedaulatan RI pertama kali adalah Negara Mesir pada tahun 1949. Pengakuan resmi dari Negara Mesir itu (yang disusul oleh negara-negara Tim-Teng lainnya) menjadi modal besar bagi RI untuk secara sah diakui sebagai negara yang merdeka dan berdaulat penuh. Pengakuan itu membuat RI berdiri sejajar dengan Belanda (juga dengan negara-negara merdeka lainnya) dalam segala macam perundingan & pembahasan tentang Indonesia di lembaga Internasional.


Setelah itu, sokongan dunia Arab terhadap kemerdekaan Indonesia
menjadi sangat kuat. Para pembesar Mesir, Arab dan Islam membentuk “Panitia Pembela Indonesia”. Para pemimpin negara dan perwakilannya di lembaga Internasional PBB dan Liga Arab sangat gigih mendorong diangkatnya isu Indonesia dalam pembahasan di dalam sidang lembaga tersebut.


Dukungan terhadap Indonesia dari masyarakat Tim-Teng terus mengalir, seperti saat Inggris menyerang Surabaya 10 November 1945 yang menewaskan ribuan penduduk Surabaya, demonstrasi anti Belanda-Inggris merebak di Timur Tengah khususnya Mesir. Sholat ghaib dilakukan oleh masyarakat Tim-Teng di lapangan-lapangan dan masjid-masjid di Timur Tengah untuk para syuhada yang gugur dalam pertempuran yang sangat dahsyat itu.


Yang mencolok dari gerakan massa internasional adalah ketika momentum Pasca Agresi Militer Belanda ke-1, 21 Juli 1947, pada 9 Agustus, saat kapal "Volendam" milik Belanda pengangkut serdadu dan senjata telah sampai di Port Said. Ribuan penduduk dan buruh pelabuhan Mesir berkumpul di pelabuhan itu.
Mereka menggunakan puluhan motor-boat dengan bendera merah putih –tanda solidaritas- berkeliaran di permukaan air guna mengejar dan menghalau blokade terhadap motor-motor boat perusahaan asing yang ingin menyuplai air & makanan untuk kapal "Volendam" yang berupaya melewati Terusan Suez, hingga kembali ke pelabuhan.


Jika menilik kembali bagaimana peliknya usaha kita untuk merdeka, semoga bangsa Indonesia yang saat ini merasakan nikmatnya hidup berdaulat tidak melupakan peran bangsa bangsa Arab, khususnya Palestina dalam membantu perjuangan kita.


Seperti yang diungkapkan oleh Moh. Hatta " Kemenangan diplomasi Indonesia dimulai dari Kairo. Karena dengan pengakuan Mesir dan negara-negara Arab lainnya terhadap Indonesia sebagai negara yang merdeka dan berdaulat penuh, segala jalan tertutup bagi Belanda untuk surut kembali atau memungkiri janji, sebagaimana yang selalu dilakukannya di masa-masa yang lampau."


A.H. Nasution "Karena itu tercatatlah, bahwa negara-negara Arab yang paling dahulu mengakui RI dan paling dahulu mengirim misi diplomatiknya ke Jogja dan yang paling dahulu memberi bantuan biaya bagi diplomat-diplomat Indonesia di luar negeri. Mesir, Siria, Irak, Saudi-Arabia memelopori pengakuan de jure RI bersama Afghanistan dan Iran serta Turki mendukung RI. Fakta-fakta ini merupakan hasil perjuangan para diplomat revolusi kita. Dan simpati terhadap RI yang tetap luas di negara-negara Timur Tengah merupakan modal perjuangan kita seterusnya, yang harus terus dibina untuk perjuangan yang ditentukan oleh UUD '45 : "Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial ”.

[08 Jan 2009, diah a]

0 comments: