“ Berilah dua bagian untuk telingamu dan satu bagian untuk mulutmu. Karena sesungguhnya diciptakan bagimu dua telinga dan satu mulut agar kamu lebih banyak mendengar daripada bicara “
LISAN, salah satu nikmat Allah SWT yang paling agung, paling aneh dan ajaib. Kecil bentuknya jika dibandingkan dengan anggota tubuh yang lain, tapi memiliki peran yang sangat besar bagi kehidupan manusia. Ketaatan, dosa, celaka dan bahagia tak lepas dari bagaimana seseorang memanajemen lidahnya. Bila lisan tak terkendali, dibiarkan bicara semaunya maka kesengsaraan dunia akhirat akan menghampirinya. Sebab, manusia menanam kebaikan dan keburukan melalui lisan serta perbuatan dan yang paling banyak menjerumuskan seseorang ke dalam neraka yaitu melalui perkataan. Seperti disabdakan Nabi Muhammad SAW “Bisa jadi seorang hamba mengucapkan perkataan yang tidak ia renungkan sebelumnya, maka akan menjerumuskannya ke dalam neraka lebih jauh dari jarak antara timur dan barat.”
Karena itu bagi orang yang ingin berbicara, sebaiknya merenungi dulu apa yang akan diucapkan, jika ada kebaikan hendaknya diucapkan , tapi jika hanya mengandung keburukan, lebih baik diam. Inilah realisasi sabda Rasulullah SAW “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah ia berkata yang baik atau diam” dan dari firman Allah SWT dalam QS Qaaf (50):18 “Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir”.
Sebaiknya kita mampu menjaga lisan, sebab orang yang tidak dapat menjaga lisan berarti tidak bisa memahami dirinya. Di samping itu seorang muslim harus mengetahui apa saja penyakit lisan yang dapat menjadi ladang dosa bagi lidah kita.
Berikut
1, GHIBAH, bila didefinisikan maka seperti yang disabdakan Nabi Muhammad SAW “Engkau membicarakan saudaramu tentang sesuatu yang dibencinya, jika yang engkau bicarakan itu memang ada pada saudaramu, maka engkau telah mengghibahnya. Jika tidak ada padanya, berarti engkau telah berdusta.” Di dalam QS Al-Hujuraat (49) : 12 Allah menggambarkan orang yang gemar mengghibah seperti orang yang memakan bangkai saudaranya “…Dan janganlah sebagian kamu mengghibah yang lain. Sukakah seseorang dari kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.”
Ghibah termasuk dosa besar dan pelakunya harus tahu bahwa ia akan dihadapkan pada murka Allah dan orang yang mendengarkan ghibah sama dengan pelakunya. Ia tdak bisa lepas dari dosa, kecuali ia mengingkari dengan lisannya, dengan hatinya dan jika ia mampu, mencegah atau mengalihkan pada topik yang lain.
Yang perlu diingat adalah, semua kebaikan si pelaku dan pendengar ghibah akan beralih pada orang yang dighibah dan jika ia tidak memiliki amal baik, kejelekan orang yang Ia ghibahi pun akan beralih kepada si pelaku dan pendengar. Lebih mengerikan lagi apabila kita mengetahui balasan yang diterima oleh pelakunya. Seperti dikisahkan Nabi Muhammad SAW dalam malam Mi’rajnya, Beliau melihat suatu kaum yang berkuku tembaga mencakar wajah dan dada mereka sendiri. Rasul pun bertanya tentang keberadaan mereka, maka dijawab bahwa mereka lah orang-orang yang gemar mengghibah.
2, NAMIMAH (ADU DOMBA), diartikan dengan mengalihkan atau memindahkan pembicaraan di antara manusia dengan tujuan merusak serta memicu permusuhan dan kebencian. Singkat kata “adu domba”.
Di sekitar kita, orang yang punya profesi sebagai tukang namimah sangat banyak bergentayangan, dan lebih sering dikenal sebagai provokator kejelekan. Namimah bukan hal kecil, bahkan para ulama mengkategorikannya di dalam dosa besar karena mendorong timbulnya fitnah dan kedengkian, memutus hubungan serta memecah belah persatuan.
Kita perlu mengingat sabda Rasulullah SAW “Tidak akan masuk surga, orang yang suka mengadu domba” dan firman Allah dalam QS Al-Qalam (68) : 10-11 “Dan janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina, yang banyak mencela, yang kian kemari menghambur fitnah.”
3. PUJIAN, mempunyai banyak bahaya diantaranya yang berkaitan dengan orang yang memuji dan yang dipuji. Untuk yang memuji, bahayanya adalah cenderung melebih-lebihkan yang berakhir pada suatu kebohongan. Sedangkan bagi yang dipuji, bisa menyebabkan sombong serta ujub (kagum) pada diri sendiri.
Nabi Muhammad SAW bersabda saat mendengar ada orang yang memuji orang lain “Celakalah engkau, engkau telah memenggal leher saudaramu itu.”
4. DUSTA ATAU BOHONG, adalah mengingkari kenyataan atau realita. Dusta atau bohong bukanlah akhlaq orang beriman, ia melekat pada kepribadian orang munafik. Seperti sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh HR Bukhari dan Muslim “Tiga ciri orang munafik, apabila berkata ia berdusta, apabila berjanji ia mengingkari dan apabila dipercaya ia berkhianat.”
Dusta atau bohong mengantarkan pelakunya pada keburukan dan siksa api neraka yang akan menantinya.
Setelah mengetahui ragam penyakit lisan, tentunya kita bersegera meninggalkannya sesuai sabda Rasulullah SAW “Di antara tanda kebaikan ke Islaman seseorang ialah, ia meninggalkan sesuatu yang tidak berguna baginya.”.
Karena siapapun akan terhalang dari kejujuran, jika ia terbiasa berbicara tentang sesuatu yang tak berguna.
“ Janganlah kau melihat pada kecilnya dosa, tetapi lihatlah betapa agung Dzat yang kau durhakai”
By Diah Arie
0 comments:
Post a Comment