Rasulullah SAW bersabda….
“Seandainya umatku mengetahui keistimewaan Ramadhan, niscaya mereka mengharap agar semua bulan menjadi Ramadhan”.
“Ada dua kenikmatan yang didapatkan oleh orang yang berpuasa, yaitu sekali pada saat berbuka dan sekali pada saat menemui Tuhannya”
QS Al-Baqarah (2) : 183
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa.
Puasa atau shiyam dalam bahasa Al Quran berarti menahan diri, untuk tidak makan, minum serta menahan diri dari segala dorongan hawa nafsu.
Dari sisi lain, kehidupan manusia dipengaruhi oleh kebiasaan-kebiasaannya dalam memenuhi kebutuhan fa’ali (makan, minum dan hubungan seks) apabila ia telah terbiasa dengan pemenuhan yang berlebihan, maka, tujuan berpuasa selain sebagai pengendali diri juga dapat berfungsi sebagai alat untuk membebaskan manusia dari belenggu kebiasaan yang berlebihan, yang selama ini mengikatnya.
Puasa dapat juga disebut sebagai jihad akbar, yaitu suatu peperangan yang bila dimenangkan maka akan dapat mengendalikan nafsu tanpa menghabisi ataupun menghancurkannya. Sebab pada bulan Ramadhan, setiap muslim dituntut untuk berperang menaklukkan nafsunya dan seperti halnya perang dalam Islam yang tidak bertujuan untuk menghabisi apalagi memusnahkan potensi lawan. Tujuannya sekedar mengendalikan, karena sejelek-jeleknya sesuatu, pasti ada segi positif dalam diri manusia itu yang dapat dimanfaatkan.
Kelak, manusia dengan segala nafsu, sikap dan sifatnya pasti akan bertemu dengan Pencipta-nya dan di dalam perjalanannya menuju ke Yang Maha Memiliki, -khususnya selama bulan Ramadhan, yang merupakan bagian dari perjalanan hidup seorang muslim- manusia berusaha sekuat kemampuannya untuk mencontoh sifat-sifat Tuhan. Bukankah Allah SWT tidak makan, bahkan memberi makan, tidak minum? Bukankah Allah SWT Maha Pengampun, Maha Pengasih, Maha Penyayang, tidak pernah membenci dan mendzalimi, menyakiti ataupun menelantarkan mahlukNya?
Jika seperti demikian hakikat puasa, maka Ramadhan adalah suatu media yang mengantarkan seorang muslim kepada “bersikap serta bersifat dengan sikap dan sifat Allah SWT.”
Lalu, apa yang harus kita persiapkan untuk menyambut bulan yang penuh rahmat ini? Jiwa yang suci dan tekad yang membaja untuk memerangi nafsu, menghidupkan malamnya dengan shalat serta tadarus dan siangnya dengan ibadah kepada Sang Khalik melalui pengabdian kepada keluarga, lingkungan, bangsa dan Negara.
Karena pada bulan puasa, dosa-dosa manusia habis terbakar, akibat kesadaran dan amal salehnya, selain itu Ramadhan menjadi sebuah waktu untuk mengasah serta mengasuh jiwa seseorang. Sehingga jika seorang muslim berhasil melewati bulan Ramadhan atas izin serta ridha-Nya dan mampu menjadi “pribadi yang kembali pada fitrahNya”, maka Insyaallah dapat merasakan kenikmatan ruhani yang melebihi kelezatan jasmani.
Hanya saja yang sangat disayangkan, banyak orang yang tidak mengetahuinya karena tidak pernah mencobanya.
By Diah Arie
0 comments:
Post a Comment