PENGHUNI SURGA
Sore ini seperti biasa dan seperti sore yang sudah-sudah, beberapa ibu asyik terlibat pembicaraan seru sambil sesekali mengawasi anak balitanya bermain di taman. Ibu Joko dengan muka dilipat sangat berapi-api menceritakan kedongkolannya terhadap tetangganya yang kemarin membeli sebuah lemari es besar keluaran terbaru, lain lagi dengan Ibu Jaka yang tersenyum bangga bercampur sinis saat mencurahkan “kebahagiannya” melihat tetangganya yang selama ini terpandang di lingkungannya, disatroni pencuri yang menguras habis barang-barang berharga si tetangga itu.
Aku yang sedari tadi menyimak pembicaraan mereka, sontak teringat sebuah kisah di jaman Nabi Muhammad saw yang menceritakan saat beliau bersama para sahabatnya sedang berkumpul di sebuah masjid, tiba-tiba Rasulullah saw bersabda, “sebentar lagi akan masuk seorang penghuni surga”. Para sahabatnya mengira sosok si penghuni surga itu gagah, tampan serta sangat luar biasa, ternyata mereka keliru. Yang mereka lihat hanyalah sosok sederhana, sangat sederhana dan jauh dari apa yang para sahabat Rasulullah saw bayangkan. Kejadian serta ucapan Nabi Muhammad saw tentang si penghuni surga berulang sampai hari ketiga dan membuat salah satu dari sahabat-sahabat beliau penasaran kenapa sosok sederhana itu bisa menjadi penghuni surga.
Maka diputuskannya untuk menginap di rumah si penghuni surga dan melihat langsung kegiatan si penghuni surga itu. Ternyata tidak ada amalan khusus dan istimewa yang dilakukan dalam ibadah si penghuni surga itu, yang dilakukannya hampir sama dengan orang lain yaitu ibadah wajib serta mengaji. Lalu di mana keistimewaan “sosok” itu sampai-sampai Nabi Muhammad saw menyebutnya “si penghuni surga” pertanyaan itulah yang diajukan salah satu sahabat Rasulullah saw dan inilah jawaban si penghuni surga yang sangat pantas untuk kita renungkan,” apa yang anda lihat itulah yang saya lakukan ditambah dengan saya tidak pernah iri hati terhadap orang lain yang dianugerahi kenikmatan oleh Allah SWT.”
Lalu bagaimana dengan saya, anda dan kita apakah sudah bisa menjadi “sosok si penghuni surga” ataukah saya, anda dan kita masih menjadi pribadi yang senang melihat orang lain susah dan susah melihat orang lain senang.
Jawaban sejujurnya ada di lubuk hati saya, anda dan kita.
By Diah Arie
0 comments:
Post a Comment