Akhirnya, petani tersebut memutuskan bahwa keledainya sudah tua dan sumur itu juga harus ditutup atau ditimbun karena berbahaya. Jadi tidak ada gunanya menolong si keledai, lalu si petani mengajak beberapa tetangganya untuk membantunya.
Mereka membawa sekop dan mulai menyekop tanah ke dalam sumur, ketika hewan itu menyadari apa yang sedang terjadi, menangislah si keledai dengan penuh kengerian. Beberapa saat kemudian…… semua orang bertanya-tanya, kenapa binatang itu mendadak diam. Setelah menuangkan beberapa sekop tanah, si petani melongok ke dalam sumur dan ia tercengang dengan apa yang dilihatnya.
Walaupun punggung keledai itu terus ditimpa bersekop-sekop tanah dan kotoran, ia mengguncang-guncangkan badannya agar tanah yang menimpanya turun ke bawah kemudian menaiki tanah-tanah itu. Sementara para tetangga si petani terus menuangkan tanah kotor ke atas punggung hewan tersebut, si keledai tak berhenti mengguncangkan badannya dan segera melangkah naik. SI petani dan tetangga-tetangganya terkesima ketika si keledai meloncat ke tepi sumur dan bergegas melarikan diri …….
Cerita diatas mencoba mengingatkan bahwa kehidupan akan selalu terus menuangkan tanah dan kotoran kepada kita dengan segala macam jenis tanah maupun kotoran. Cara untuk keluar dari sebuah “sumur” yang berisi kesedihan, masalah, cobaan, ujian, kekecewaan dan lain sebagainya adalah dengan mengguncangkan segala jenis “tanah dan kotoran” dari diri kita, baik itu hati maupun pikiran lalu bersegeralah naik dari “sumur” dengan menggunakan hal-hal tersebut sebagai pijakan.
Setiap masalah yang singgah dalam hidup kita, merupakan satu batu pijakan untuk melangkah. Kita mampu keluar dari “sumur” yang terdalam dengan terus berjuang, jangan pernah menyerah. Guncangkanlah semua hal negatif yang menimpa kita dan melangkahlah naik
By Diah Arie
0 comments:
Post a Comment